8 Bintang Sepak Bola yang Jatuh Miskin

8 Bintang Sepak Bola yang Jatuh Miskin. Di dunia sepak bola yang gemerlap, di mana kontrak jutaan euro dan sorotan media menjadi keseharian, kisah sukses sering kali disertai bayang-bayang kegagalan finansial. Pada Oktober 2025, saat bintang-bintang seperti Erling Haaland dan Kylian Mbappé meraup kekayaan fantastis, cerita delapan mantan pemain legendaris ini mengingatkan betapa rapuhnya keuangan di balik kemewahan. Dari kecanduan judi hingga investasi gagal, mereka yang pernah jadi idola jutaan orang kini berjuang melawan kemiskinan, bahkan tunawisma. Kisah ini bukan sekadar tragedi pribadi, tapi pelajaran berharga tentang pengelolaan uang di karir singkat sepak bola. Berikut delapan bintang yang jatuh miskin, dari Ronaldinho hingga Paul Gascoigne.

Ronaldinho: Dari Ballon d’Or ke Penjara Hingga Jatuh Miskin

Ronaldinho, pemenang Ballon d’Or 2005 dan ikon Barcelona, pernah punya kekayaan mencapai 200 juta euro dari gaji, endorsement, dan bisnis. Namun, pada 2018, ia dan saudaranya ditahan karena hutang pajak 8,5 juta real Brasil atas pembangunan ilegal di area lindung. Kecanduan pesta, investasi gagal di crypto dan taruhan, plus gaya hidup boros seperti pesta mewah dan jet pribadi, habiskan semuanya. Pada 2020, ia sempat dipenjara di Paraguay atas paspor palsu. Kini, di usia 45, Ronaldinho hidup pas-pasan dari pensiun kecil dan sesekali tampil sebagai duta, tapi utangnya masih menumpuk. Kisahnya jadi peringatan bagi bintang muda: talenta tak selamanya lindungi dari jebakan finansial.

Diego Maradona: Hutang Pajak yang Tak Terbayar Hingga Jatuh Miskin

Legenda Argentina Diego Maradona, yang bawa timnas juara Piala Dunia 1986, punya karir senilai ratusan juta dolar dari Napoli dan Boca Juniors. Tapi, kecanduan kokain, alkohol, dan judi hancurkan keuangannya. Pada 2009, ia dinyatakan bangkrut oleh otoritas pajak Italia atas hutang 54 juta dolar dari masa di Napoli (1984-1991). Maradona sering pindah klub untuk bayar hutang, tapi gaya hidupnya—mobil mewah, pesta liar—habiskan segalanya. Hingga meninggal pada 2020, ia tinggal di rumah sederhana di Buenos Aires, bergantung pada dukungan keluarga dan fans. Warisannya tetap abadi, tapi kisahnya tunjukkan bagaimana ketenaran bisa jadi kutukan tanpa disiplin keuangan.

Paul Gascoigne: Alkohol dan Judi Hancurkan Karier Hingga Jatuh Miskin

Paul Gascoigne, gelandang jenius Inggris yang bawa timnas ke semifinal Euro 1996, peroleh sekitar 20 juta poundsterling dari Newcastle, Tottenham, dan Rangers. Namun, masalah alkohol sejak usia muda picu spiral kehancuran: judi kasino, perceraian mahal, dan bisnis gagal seperti toko pakaian. Pada 2016, ia dinyatakan bangkrut atas hutang pajak lebih dari 50.000 pound. Gazza sering tinggal di hotel murah, bahkan sempat tunawisma di jalanan London. Kini, di usia 58, ia hidup dari pensiun kecil dan dukungan teman, sambil berjuang lawan kecanduan. Kisahnya tragis, tapi ia tetap bicara terbuka untuk bantu pemain muda hindari jebakan serupa.

George Best: Legenda yang Kalah Lawan Alkohol

George Best, sayap kanan Manchester United yang disebut “Beatles of Football,” raih 6 juta poundsterling di era 1960-an—setara puluhan juta hari ini—dari gaji dan iklan. Tapi, kecanduan alkohol dan judi hancurkan semuanya; ia sering bolos latihan untuk pesta. Pada 1980-an, Best bangkrut setelah gagal bayar hutang dan perceraian. Ia sempat tinggal di apartemen kumuh di London, bahkan ditemukan mabuk di jalan. Hingga meninggal pada 2005, Best bergantung pada royalti buku dan wawancara. Kariernya ikonik dengan Ballon d’Or 1968, tapi akhir hidupnya jadi pelajaran klasik: bakat tak cukup tanpa kontrol diri.

Emmanuel Eboué: Perceraian yang Rampas Segalanya

Bek Arsenal Emmanuel Eboué, bagian dari skuad Invincibles 2004, peroleh 10 juta poundsterling dari Premier League. Namun, perceraian pahit pada 2017 rampas asetnya: istri dapat rumah mewah di Inggris, mobil, dan uang tunai. Eboué, yang dilarang bermain setahun karena tuduhan palsu, kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin. Ia klaim sempat tunawisma, tidur di gereja di Pantai Gading, dan jual baju bekas untuk makan. Pada 2021, ia bantah rumor ekstrem, tapi tetap bergantung pada bantuan mantan rekan seperti Thierry Henry. Kini, Eboué coba bangkit sebagai agen pemain, tapi kisahnya soroti bahaya konflik rumah tangga di kalangan atlet.

Celestine Babayaro: Hutang yang Tak Terbendung

Bek Nigeria Celestine Babayaro, saudara Emmanuel, main delapan tahun di Chelsea dan raih 15 juta poundsterling. Tapi, pada 2011, ia dinyatakan bangkrut atas hutang pinjaman rumah 475.000 pound yang tak dibayar. Rumahnya di Middlesex rusak parah, tetangga laporkan ia abaikan properti. Alasan utama: gaya hidup mewah dengan mobil sport dan pesta, plus investasi gagal. Babayaro sempat tinggal di Qatar dengan gaji kecil, tapi hutang terus mengejar. Di usia 45, ia hidup sederhana di Lagos, sesekali komentar bola. Kisahnya tunjukkan betapa cepatnya kekayaan lenyap tanpa perencanaan pensiun.

Royston Drenthe: Judi Online Hancurkan Potensi

Royston Drenthe, wonderkid Real Madrid yang pinjam ke Everton, peroleh 3,2 juta euro di usia muda. Tapi, kecanduan judi online sejak 2012 habiskan semuanya: ia klaim kalah jutaan euro di situs taruhan. Pada 2020, pengadilan Belanda nyatakan ia bangkrut, meski masih main di klub kecil Spanyol. Drenthe sempat tinggal di mobil dan bergantung orang tua. Kini, di usia 36, ia coba bangkit dengan musik dan komentar, tapi hutang tetap jadi beban. Kisahnya peringatkan bahaya judi digital di era media sosial.

Wes Brown: Investasi Gagal di Balik Karier Glamor

Wes Brown, bek Manchester United dengan lima gelar Premier League, raih 56.000 euro seminggu di puncak karir. Tapi, pada 2023, ia dinyatakan bangkrut atas hutang pajak dan investasi gagal, termasuk properti yang ambruk pasca-pandemi. Brown, yang pensiun 2011, abaikan peringatan finansial dan terjebak skema pajak buruk. Ia sempat jual aset untuk bayar hutang, hampir tunawisma. Kini, ia hidup dari pensiun kecil dan bantu anak didik bola. Kisahnya, di usia 45, jadi contoh segar: pensiun dini tak jamin kestabilan tanpa diversifikasi.

Kesimpulan

Delapan bintang ini—Ronaldinho, Maradona, Gascoigne, Best, Eboué, Babayaro, Drenthe, dan Brown—bukti bahwa sepak bola tak beri kekebalan finansial. Kecanduan, perceraian, dan investasi ceroboh ubah jutaan jadi nol, bahkan tunawisma. Di 2025, saat liga kaya raya, pelajaran mereka krusial: rencanakan pensiun, hindari godaan, dan cari nasihat bijak. Bagi pemain muda, ini pengingat: gol indah tak selamanya bayar tagihan. Semoga kisah tragis ini inspirasi, bukan akhir.

Baca Selengkapnya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *