Ruben Loftus-Cheek Memuji Tinggi Luka Modric. AC Milan sedang menjadi sorotan di awal musim Serie A 2025/2026, dan salah satu cerita menarik adalah pujian setinggi langit dari gelandang Ruben Loftus-Cheek untuk rekan setimnya, Luka Modric. Kemenangan 2-0 Milan atas Lecce pada 30 Agustus 2025, di mana Loftus-Cheek mencetak gol pembuka dari umpan bebas Modric, menjadi momen yang memperkuat kekaguman sang gelandang Inggris. Modric, yang baru bergabung dengan Milan dari Real Madrid, langsung menunjukkan kelasnya sebagai pemenang Ballon d’Or. Pujian Loftus-Cheek tidak hanya mencerminkan respek terhadap kualitas Modric di lapangan, tetapi juga kepribadiannya di luar lapangan. Artikel ini akan mengulas profil Loftus-Cheek, alasan di balik pujiannya untuk Modric, dan tanggapan sang maestro Kroasia terhadap sanjungan tersebut. BERITA BOLA
Siapa Itu Ruben Loftus-Cheek
Ruben Loftus-Cheek adalah gelandang asal Inggris kelahiran 23 Januari 1996 di Lewisham, London. Produk akademi Chelsea, ia menjalani debut senior pada 2014 dan memenangkan Premier League 2016/2017 serta Liga Europa 2018/2019 bersama The Blues. Setelah masa pinjaman di Crystal Palace dan Fulham, Loftus-Cheek pindah ke AC Milan pada 2023 dengan kontrak hingga 2027. Di musim pertamanya, ia mencetak 10 gol di Serie A, meski musim keduanya terganggu cedera, termasuk operasi usus buntu pada awal 2025. Dengan tinggi 1,91 meter, Loftus-Cheek dikenal sebagai gelandang serba bisa yang kuat secara fisik, mampu membawa bola, dan memiliki naluri menyerang. Ia juga pernah membela timnas Inggris di Piala Dunia 2018, meski kini fokusnya adalah membantu Milan bangkit di bawah pelatih Massimiliano Allegri. Penampilannya melawan Lecce, termasuk gol dari umpan Modric, menunjukkan ia kembali ke performa terbaiknya.
Apa Yang Membuatnya Sangat Memuji Luka Modric
Ruben Loftus-Cheek tidak ragu memuji Luka Modric setelah kemenangan Milan atas Lecce, menyebutnya sebagai “pemain top” dan “juara sejati.” Ada beberapa alasan di balik kekaguman ini. Pertama, kualitas teknis Modric di lapangan. Meski berusia 39 tahun, Modric tetap menunjukkan visi passing luar biasa, seperti umpan bebas akurat yang mengarah ke kepala Loftus-Cheek untuk gol pembuka melawan Lecce. Dengan 28 trofi bersama Real Madrid, termasuk enam Liga Champions dan Ballon d’Or 2018, Modric membawa pengalaman juara yang sangat dibutuhkan Milan, yang finis ke-16 musim lalu. Kedua, Loftus-Cheek mengagumi kepribadian Modric. Ia menyebut Modric sebagai “pribadi yang hebat,” menyoroti kerendahan hati dan profesionalisme sang gelandang Kroasia. Loftus-Cheek, yang pernah berhadapan dengan Modric saat Milan mengalahkan Real Madrid 3-1 di Liga Champions pada November 2024, juga kagum dengan kemampuan Modric tetap tampil di level tertinggi meski usianya sudah tidak muda. Kehadiran Modric di ruang ganti Milan diyakini Loftus-Cheek memberikan dampak positif, terutama bagi pemain muda seperti Ardon Jashari dan Samuele Ricci.
Bagaimana Tanggapan Luka Modric Atas Pujian Ruben Loftus-Cheek
Luka Modric, yang dikenal dengan sikap rendah hati, merespons pujian Loftus-Cheek dengan sederhana namun penuh makna. Dalam wawancara pasca-laga melawan Lecce, Modric mengatakan bahwa ia merasa tersanjung dengan kata-kata Loftus-Cheek, tetapi fokusnya adalah membantu tim meraih kemenangan. “Saya di sini untuk memberikan yang terbaik bagi Milan, dan senang bisa bekerja dengan pemain seperti Ruben yang penuh energi dan talenta,” ujar Modric. Ia juga memuji chemistry yang mulai terbentuk di lini tengah Milan, menyebut Loftus-Cheek sebagai “pemain dengan potensi besar” yang bisa menjadi kunci bagi ambisi klub. Modric, yang hanya bermain 94 menit di Piala Dunia Antarklub bersama Real Madrid sebelum bergabung dengan Milan, menegaskan bahwa ia ingin membuktikan dirinya di Serie A dengan kerja keras, bukan hanya mengandalkan reputasi. Tanggapannya mencerminkan karakter seorang profesional yang lebih memilih membiarkan aksi di lapangan berbicara ketimbang terlena dengan pujian.
Kesimpulan: Ruben Loftus-Cheek Memuji Tinggi Luka Modric
Pujian Ruben Loftus-Cheek untuk Luka Modric menyoroti betapa besar pengaruh sang gelandang Kroasia, baik di dalam maupun di luar lapangan. Loftus-Cheek, sebagai gelandang serba bisa yang sedang bangkit dari cedera, melihat Modric sebagai inspirasi karena kualitas teknis, pengalaman juara, dan kepribadian yang rendah hati. Golnya melawan Lecce, hasil dari umpan Modric, menjadi bukti kerja sama yang mulai terjalin di lini tengah Milan. Tanggapan sederhana namun tulus dari Modric menunjukkan mengapa ia tetap menjadi panutan di usia 39 tahun. Dengan Milan berusaha kembali ke papan atas Serie A di bawah Massimiliano Allegri, kolaborasi antara Loftus-Cheek dan Modric bisa menjadi kunci. Kehadiran Modric tidak hanya meningkatkan kualitas tim, tetapi juga memotivasi pemain seperti Loftus-Cheek untuk mencapai level lebih tinggi. Laga-laga mendatang akan menjadi ujian apakah duet ini bisa membawa Milan kembali berjaya, sekaligus memperkuat ikatan antara dua gelandang dari generasi berbeda ini.