Konteks Dendam dari Kekalahan 2023: Bos Arab Saudi Sebutkan Dendam Sudah Dibayar Lunas
Pernyataan Renard tak muncul begitu saja; akarnya dari duel Jakarta Maret 2023, saat Indonesia kalahkan Saudi 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Gol Witan Sulaeman dan Marselino Ferdinan, ditambah clean sheet Maarten Paes, bikin Green Falcons pulang dengan tangan hampa—pertama kalinya kalah dari Garuda sejak 1995. Renard, yang baru ambil alih bulan sebelumnya, sebut itu “malam hitam” di memo internal SAFF, soroti kelemahan pressing dan finishing skuadnya. “Kami lengah total, itu luka yang harus dibayar,” katanya waktu itu, janji balas dendam di kesempatan berikutnya.
Dua tahun kemudian, dendam itu matang. Di Jeddah, Saudi balas dengan skenario terbalik: Tertinggal dua penalti Kevin Diks dan Ragnar Oratmangoen, tapi bangkit lewat mental baja ala Renard. “Malam ini, kami ulangi pelajaran dari Jakarta—tapi kali ini kami yang menang,” tambahnya, mata berbinar saat sebut brace Al-Buraikan yang redam euforia Garuda. Konteks ini tambah nuansa emosional: Saudi, sebagai kekuatan Asia, tak terima diremehkan underdog seperti Indonesia yang naik daun berkat naturalisasi. Pernyataan Renard jadi pengingat, sepak bola bukan soal poin saja, tapi harga diri nasional.
Comeback Heroik sebagai Pembayaran Lunak: Bos Arab Saudi Sebutkan Dendam Sudah Dibayar Lunas
Renard sebut dendam lunas karena eksekusi sempurna di lapangan: Comeback dari 0-2 jadi 3-2 tunjukkan evolusi skuadnya. Babak pertama jebol dua penalti dari foul ceroboh Saud Abdulhamid dan Ali Al-Bulaihi, tapi paruh kedua Saudi kuasai bola 62 persen, ciptakan 12 tembakan—efisiensi 25 persen yang bikin Al-Shehri samakan skor menit 48, Al-Buraikan sundul set-piece menit 58, dan tap-in menit 72. Radif seal di menit 88, meski main 10 orang pasca kartu merah Abdulhamid.
Ini pembayaran lunak bagi Renard, yang tanam mental “no surrender” lewat latihan khusus skenario tertinggal. “Dari Jakarta, kami belajar: Jangan panik, tapi serang balik,” ujarnya, puji trio serang yang haus gol—Al-Buraikan catat brace pertama internasionalnya musim ini. Lawan Indonesia yang pressing tinggi ala Kluivert, Saudi adaptasi cepat ke formasi 3-5-2, matikan counter Garuda dengan double marking. Statistik Opta konfirmasi: Saudi blok 70 persen crossing Indonesia, passing akurat 85 persen babak kedua. Dendam lunas bukan omong kosong; ini hasil kerja dua tahun, bikin Saudi puncak Grup B dengan selisih gol +1.
Implikasi bagi Rivalitas dan Jalur Kualifikasi
Pernyataan Renard picu gelombang reaksi: Di Saudi, fans rayakan sebagai “malam penebusan”, trending #DendamLunas dengan 1 juta postingan. Di Indonesia, Kluivert balas santai: “Kata-kata itu motivasi kami; kami tak lupa.” Implikasinya besar bagi rivalitas: Duel ini ulangi pola emosional seperti Piala AFF 2022 saat Saudi hajar 4-0, tapi kini Garuda lebih tangguh—mereka kuasai bola 52 persen babak pertama, ciptakan sembilan peluang. Renard akui: “Indonesia naik level, tapi kami lebih siap.”
Bagi kualifikasi, ini booster Saudi: Tiga poin awal dekatkan lolos langsung, target Renard sejak janji tuan rumah 2034. Grup B ketat dengan Irak dan Oman, tapi comeback ini bangun kepercayaan—Saudi tak tersandung di kandang sejak 2024. Bagi Garuda, nol poin jadi tantangan: Kluivert rencanakan balik ke 3-5-2 lawan Irak, masukkan Rizky Ridho untuk solidkan belakang. Pernyataan Renard jadi pemicu: Bukan akhir dendam, tapi babak baru—duel balik di Jakarta November bisa jadi pembalasan Garuda.
Kesimpulan
“Bos Arab Saudi” Herve Renard sebut dendam lunas usai kemenangan 3-2 atas Indonesia, balas kekalahan pahit 2023 dengan comeback epik yang tunjukkan mental dan taktik matang. Dari konteks luka lama hingga eksekusi trio serang, ini penebusan yang bikin Green Falcons makin haus Piala Dunia 2026. Bagi rivalitas Asia, pernyataan ini tambah bumbu—Garuda terpukul tapi termotivasi, siap balas di laga berikutnya. Ronde empat panjang, dan kata Renard janji duel sengit: Dendam mungkin lunas bagi Saudi, tapi sepak bola selalu punya babak kedua.