Siapakah MOTM Pertandingan AS Monaco vs Tottenham. Malam di Stade Louis II berlangsung tegang dan penuh drama pada 22 Oktober 2025, saat AS Monaco dan Tottenham Hotspur saling jaga rapat dalam laga fase grup Liga Champions yang berakhir imbang 0-0. Di tengah tekanan tuan rumah yang mendominasi penguasaan bola, kiper Tottenham Guglielmo Vicario muncul sebagai pahlawan tak terduga, dinobatkan sebagai Man of the Match berkat rangkaian penyelamatan gemilangnya. Dengan tangan sigap yang redam ancaman demi ancaman, Vicario selamatkan satu poin berharga bagi Spurs, yang kini tetap tak terkalahkan di kompetisi ini dengan tujuh poin dari tiga laga. Pelatih Thomas Frank puji setinggi langit: “Vicario luar biasa malam ini.” Hasil imbang ini tak hanya hentikan laju Monaco yang haus kemenangan rumah, tapi juga jadi pengingat bahwa di panggung Eropa, satu kesalahan bisa fatal. Sorotan jatuh pada Vicario, yang ubah narasi dari potensi kekalahan jadi cerita ketangguhan. INFO CASINO
Performa Heroik Vicario yang Curi Perhatian: Siapakah MOTM Pertandingan AS Monaco vs Tottenham
Guglielmo Vicario bukan sekadar kiper; malam itu, ia jadi benteng hidup Tottenham. Sejak menit ke-15, saat Monaco buka serangan lewat tendangan jarak jauh Folarin Balogun yang mengarah pojok atas, Vicario sudah tunjukkan kelasnya dengan lompatan akrobatik yang redam bola. Sepanjang 90 menit, ia catatkan delapan penyelamatan—tertinggi di laga—termasuk dua satu lawan satu krusial melawan Aleksandr Golovin di babak kedua. Statistik bicara nyata: save percentage 88 persen, plus distribusi bola akurat 82 persen yang bantu transisi cepat Spurs.
Ini bukan pertama kalinya Vicario selamatkan timnya. Musim ini, ia sudah punya clean sheet keenam di semua kompetisi, tapi performa lawan Monaco beda level: ia prediksi arah penalti potensial di menit ke-68, meski VAR tolak tuntutan tuan rumah. Frank sebut ia “kiper terbaik di Eropa saat ini,” dan fans Spurs setuju—sorak namanya bergema meski di kandang lawan. Di usia 28 tahun, Vicario yang gabung dari Empoli dua musim lalu, tunjukkan mentalitas juara: ia organize pertahanan dengan teriakan konstan, cegah lini belakang Spurs dari panik saat Monaco kuasai bola 62 persen. Heroiknya ini tak cuma angka; ia beri kepercayaan diri tim, terutama setelah start babak kedua yang Monaco tekan habis-habisan. Vicario bukan cuma selamatkan poin; ia curi hati netral, bukti kiper bisa jadi bintang di laga tanpa gol.
Jalannya Pertandingan yang Penuh Tensio dan Peluang Terbuang: Siapakah MOTM Pertandingan AS Monaco vs Tottenham
Duel ini seperti catur hidup: Monaco dominan tapi mandul, Tottenham bertahan tapi tajam di counter. Babak pertama dimulai lambat, dengan Monaco pegang bola tapi cuma ciptakan dua tembakan on target—satu diredam Vicario, satu lagi melebar tipis dari Emam Ashour. Spurs balas lewat serangan balik Son Heung-min di menit ke-28, tapi sundulannya diblok bek Monaco Denis Zakaria. Penguasaan bola imbang awalnya, tapi pasca-istirahat, tuan rumah naikkan gigi: Golovin hampir cetak gol di menit ke-52 lewat solo run, tapi Vicario lagi-lagi jadi penutup.
Monaco punya 14 tembakan sepanjang laga, enam on target, tapi finishing kurang klinis—Balogun dan Golovin ciptakan peluang emas tapi gagal convert. Tottenham, dengan penguasaan 38 persen, andalkan efisiensi: James Maddison hampir bikin kejutan di menit ke-75 dari umpan panjang Vicario, tapi kiper tuan rumah Philipp Köhn selamatkan. Kartu kuning Zakaria di menit ke-40 tambah tensi, tapi tak ubah alur. Pelatih Sebastien Pocognoli akui: “Kami dominan, tapi kurang tajam.” Jalannya laga ini tunjukkan evolusi taktik: Monaco tekan tinggi ala Pep, Spurs bertahan rapat ala Mourinho—hasilnya imbang yang adil, meski Vicario yang ambil semua pujian. Drama kecil seperti kontroversi offside di menit akhir bikin penonton Monaco geram, tapi peluit akhir redam segalanya.
Dampak Hasil Imbang bagi Ambisi Kedua Tim
Satu poin ini seperti emas bagi Tottenham: tujuh poin dari tiga laga posisikan mereka di puncak grup, selisih gol plus dua—modal kuat jelang duel AZ Alkmaar bulan depan. Frank, yang ambil alih musim panas lalu, dapet napas panjang: ini draw pertama Spurs di UCL sejak 2022, hentikan tren buruk pasca-kalah di playoff. Bagi Vicario, MOTM ini naikkan nilai jualnya—spekulasi dari klub Italia mulai berhembus, tapi ia tegas bilang setia. Di Premier League, momentum ini bisa dorong Spurs ke empat besar, terutama usai menang tipis atas tim utara akhir pekan.
Monaco, sebaliknya, kecewa tapi tak runtuh: empat poin dari tiga laga, masih aman di peringkat tiga grup. Pocognoli fokus perbaiki finishing—mereka lewatkan 2,5 xG (expected goals) malam itu—tapi pertahanan solid Zakaria dan Köhn beri harapan. Di Ligue 1, hasil ini obati kekalahan dari PSG kemarin, tapi tekanan naik jelang laga domestik. Secara luas, imbang ini ingatkan kompetisi ketat: grup ini punya empat tim kuat, di mana poin kecil bisa tentukan lolos. Bagi Vicario, ini langkah maju ke penghargaan individu; bagi kedua tim, reminder bahwa UCL tak kenal ampun. Fans Monaco sorak meski tak menang, sementara Spurs pulang dengan senyum—poin di kandang lawan selalu manis.
Kesimpulan
Guglielmo Vicario tak diragukan lagi: ia Man of the Match yang selamatkan Tottenham dari kekalahan di Stade Louis II. Dari delapan penyelamatan hingga distribusi bola cerdas, kiper Italia itu ubah imbang 0-0 jadi kemenangan moral bagi Spurs. Monaco dominan tapi mandul, Tottenham tangguh tapi efisien—duel ini penuh pelajaran buat fase grup yang panjang. Dengan tujuh poin di tangan, Frank punya alasan optimis, sementara Pocognoli buru ketajaman depan. Malam di Monaco itu jadi cerita ketangguhan, di mana satu kiper bisa tentukan nasib tim. UCL terus berputar, dan Vicario siap jadi bintang berikutnya—Spurs maju, Monaco bangkit, sepak bola Eropa kian panas.