Apakah Ronaldo & Messi Menganggap Diri Mereka Rival? Pada 2 November 2025 ini, saat playoff MLS Cup memasuki babak penentu dan liga Eropa mulai memanas, pertanyaan tentang apakah Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi masih menganggap diri mereka rival kembali ramai dibahas. Dua ikon sepak bola berusia 40 dan 38 tahun itu, yang pernah saling kejar rekor selama 15 tahun, kini bermain di liga berbeda: Ronaldo di Al Nassr dengan 36 gol musim ini, Messi di Inter Miami dengan 41 gol dan 20 assist. Baru Oktober lalu, keduanya kompak pecah rekor dalam sepekan yang sama, bikin fans teringat era keemasan. Meski Ronaldo pernah bilang rivalitas “sudah hilang” pada 2023, dan Messi sebut itu “saling dorong positif,” fakta terkini tunjukkan narasi itu lebih rumit. Di era di mana keduanya nominate bareng FIFPro World XI 2025, dan kontrak panjang hingga 2027-2028, apakah mereka masih lihat satu sama lain sebagai rival? Jawabannya, ya—tapi bukan musuh, melainkan cermin yang bikin mereka lebih hebat. Mari kita gali lebih dalam, dari pernyataan pribadi hingga bukti lapangan yang tak terbantahkan. REVIEW KOMIK
Pernyataan Langsung Mereka yang Penuh Respek: Apakah Ronaldo & Messi Menganggap Diri Mereka Rival?
Kedua legenda ini jarang bicara blak-blakan soal rivalitas, tapi saat ungkapkan, selalu penuh respek yang tersirat. Ronaldo, dalam wawancara Mei 2023 setelah pindah ke Saudi, bilang “rivalitas itu sudah berakhir, sekarang kami saling hormat.” Ia ulangi nada serupa di akhir musim lalu, sebut Messi “pemain hebat yang dorong saya jadi lebih baik.” Tapi di 2025, saat dekati 1.000 gol karir, Ronaldo tak bisa sembunyikan api: setelah brace September lalu yang sama hari dengan Messi, ia posting foto trofi dengan caption “terus kejar mimpi”—fans tafsirkan sebagai sindir halus ke rekor Messi.
Messi, lebih diplomatis, pernah bilang di 2021 bahwa “Cristiano bukan rival, tapi rekan yang bikin sepak bola lebih indah.” Pada Mei 2025, saat perpanjang kontrak Inter Miami, ia akui “kami saling dorong sepanjang karir, dan itu positif.” Tapi di obrolan informal Oktober lalu, Messi sebut Ronaldo “satu-satunya yang bikin saya khawatir di latihan harian”—ungkapan yang tunjukkan rivalitas tetap hidup dalam pikirannya. Fakta: di 36 pertemuan langsung, keduanya cetak 22 gol masing-masing, bikin setiap duel jadi ujian pribadi. Pernyataan ini bilang mereka tak anggap rival sebagai musuh, tapi pengukur standar diri—sebuah pengakuan halus bahwa tanpa satu sama lain, karir mereka tak secerah ini.
Bukti dari Performa Terkini yang Saling Kejar: Apakah Ronaldo & Messi Menganggap Diri Mereka Rival?
Lapangan tak bohong: performa 2025 keduanya seperti cermin rivalitas lama. Ronaldo cetak 36 gol dari 30 laga, termasuk hat-trick di kompetisi Asia yang bawa Al Nassr ke semifinal—efisiensi 96 menit per gol, rekor pribadi di usia 40. Messi balas dengan 41 gol dan 20 assist di MLS, sapu Golden Boot, dan kontribusi playoff yang bikin Inter Miami seri 1-1 lawan Nashville. Baru 15 Oktober lalu, keduanya pecah rekor sama hari: Ronaldo brace untuk dekati 1.000 gol, Messi hat-trick untuk rekor klub—momen yang analis bilang “reignite api lama.”
Statistik karir perkuat narasi: Ronaldo unggul gol 952-892, Messi assist 399-192, dan Ballon d’Or 5-8. Di timnas, Ronaldo pimpin Portugal ke Nations League semifinal, Messi Argentina runner-up yang sama—keduanya target WC 2026 sebagai “panggung terakhir.” Nominasi bareng FIFPro Best XI 2025 tunjukkan mereka masih lihat satu sama lain sebagai benchmark: Ronaldo bilang “saya bandingkan diri dengan yang terbaik, termasuk Leo.” Bukti ini bilang ya, mereka anggap rival—bukan untuk kalahkan, tapi untuk ukur kemajuan diri, seperti balapan tak berujung yang bikin keduanya tetap tajam.
Dampak Rivalitas di Luar Lapangan yang Abadi
Rivalitas ini tak berhenti di gol; ia bentuk karir, fans, dan sepak bola global. Di luar lapangan, keduanya saling puji secara terbuka: Messi sebut Ronaldo “mesin gol terbaik,” Ronaldo bilang Messi “punya sihir alami.” Tapi dampaknya dalam: survei fans 2025 tunjukkan 52 persen pilih Messi, 48 Ronaldo—split yang dorong debat abadi di media sosial. Kontrak panjang keduanya—Ronaldo hingga 2027, Messi 2028—extend narasi ini, dengan analis bilang “rivalitas ini hidup lebih lama dari karir Eropa mereka.”
Warisan luas: duo ini kuasai 13 Ballon d’Or, tingkatkan popularitas sepak bola 30 persen global, dan inspirasi generasi Mbappé-Haaland. Di 2025, saat keduanya shortlisted bareng tim ideal dunia, fans nostalgia 36 duel head-to-head yang imbang. Dampak ini bilang mereka anggap rival sebagai bagian diri—bukan beban, tapi bahan bakar untuk legacy. Di era kini, tanpa tatap muka, rivalitas jadi cerita pribadi yang saling hormat, tapi tetap dorong satu sama lain ke puncak.
Kesimpulan
Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi jelas anggap diri mereka rival—bukan dalam arti musuh, tapi saingan yang saling dorong ke batas kemampuan, seperti terlihat dari pernyataan respek, performa 2025 yang saling kejar, dan dampak abadi di sepak bola. Pada November ini, dengan Ronaldo dekati 1.000 gol dan Messi bersinar di MLS, rivalitas ini bukti bahwa hebat tak lahir sendirian. Mungkin WC 2026 jadi panggung terakhir, tapi ceritanya selamanya: dua maestro yang bikin sepak bola lebih dari permainan. Bagi kita, itu pengingat indah—rivalitas seperti ini jarang datang dua kali.